Sabtu, 30 Juli 2011

Dan kita pun menjadi tua

Hidup bagaikan garis lurus
Tak pernah kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola
Yang tiada ujung dan tiada pangkal… .

Syair lagu diatas, sering kita dengar dari lantunannya Bimbo, liriknya mengingatkan kita akan sebuah akhir. Kehidupan ini tidak akan berlangsung abadi, hingga suatu saat kita akan menaiki tangga usia, semakin lama usia kita bertambah, semakin berkuranglah sisa umur kita dan andai Tuhan belum memanggil kita di usia muda maka kita pun akan menjadi tua.

Melihat garis-garis di wajah sosok yang kita cintai ibu dan ayah kita, ketika kulitnya mulai keriput, rambut hitamnya mulai memutih dan kesehatannya kian menyusut, kita diingatkan oleh-Nya bahwa kitapun sama, suatu saat nanti akan menjadi tua, renta dan butuh begitu banyak pertolongan, kasih sayang serta perhatian dari anak-anak kita.

Dan sekaranglah saatnya bagi kita untuk memainkan peran sebagai seorang anak, memelihara dan menyayangi ayah dan ibu kita. Dahulu sembilan bulan kita dalam rahim ibu, kita menyusahkannya, duduk ia tak enak, berbaring tak nyaman. Tapi ibu sabar menanti hari-hari kelahiran kita. Tiba kita di dunia, ibu tersenyum bahagia mendapatkan kita sebagai anugerah dari Tuhan, disusuinya, dimanjakannya dan dibesarkannya kita dengan penuh kasih sayang. Diajarkannya kita berbagai ilmu dan sebuah kenikmatan yang luar biasa bagi kita diajarkan untuk mengenal Tuhan kita.

Menginjak remaja, kita semakin menyusahkannya, biaya sekolah yang kian besar serta kenakalan-kenakalan yang sering kita lakukan tak jarang membuat hati ibu terluka. Sikap kita yang kasar, egois dan selalu merasa benar terkadang membuatnya menangis, tapi ibu tetap sabar. Dibimbingnya kita untuk memperbaiki sikap dan tingkah laku kita, ibu selalu menanamkan cinta kepada kita anak-anaknya.

Berbahagialah bagi yang masih mempunyai ibu juga ayah, karena masih mempunyai kesempatan untuk memelihara dan menyayangi mereka. Dan saat kita menginjak dewasa, ketika ayah yang dulu kekar sekarang sering terbaring sakit, dan ketika ibu yang dulu selalu melayani kita makan sekarang sering terbaring lemah, inilah saat-saat yang baik bagi kita untuk melayani, memelihara dan memberikan perhatian kepada mereka. Inilah kesempatan kita untuk menjadi anak yang saleh buat mereka bahagia di ujung usianya, dan buat mereka bangga dengan kita. Ingatkah, dahulu ketika kebetulan kita terbangun dari tidur, terlihat ibu sedang berdoa untuk kita,agar menjadi anak yang baik dan tercapai semua cita.

Jenguklah ibu dan ayah kita selagi bisa, sebelum semuanya berakhir menjadi kenangan, bawakan oleh-oleh yang disukainya. Sebab jika mereka telah tiada maka tak akan ada lagi yang menunggu kita pulang, tak ada lagi menyiapkan kita sarapan, yang ada hanyalah rumah yang akan menjadi kenangan. “Muliakanlah Orang tua kita karena kitapun akan menjadi tua”

sumber : http://www.bluefame.com/index.php?showtopic=426577

Related Posts:

  • Miskin Turki Jadi Jutawan di London - Huseyin Ozer semoga sepenggal kisah dari para tokoh hebat ini, bisa menjadi pemacu dan bahan pembelajaran bagi kita, untuk tidak mudah menyerah. dan semoga melalui kisah mereka juga qt bisa terinspirasi oleh kegigihan mereka dalam menjal… Read More
  • Seperti Secangkir Kopi Malam ini -meski tidak selarut biasanya, saya masih terhitung lambat tiba di rumah. sehingga menemukan anak saya sudah lelap dibuai mimpi.'mungkin dia kelelahan, tadi sore main kebut-kebutan sepeda dengan teman-temannya', … Read More
  • Ikan Beracun Salah seorang tukang pancing berangkat di pagi untuk mencari rezeki yang halal. Dia melemparkan kailnya ke atas sungai. namun, sudah beberapa lama ia menyimpan kail tidak satupun ikan yang nyangkut. ia berdoa dengan nada s… Read More
  • Disini Jual Ikan Segar Seseorang mulai berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan” Disini Jual Ikan Segar”. Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.“Mengapa kau tuliskan … Read More
  • Sebutir Kurma Penjegal Doa Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Masjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua didekat Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim me… Read More

0 comments:

Posting Komentar

Thanks Sudah Berkunjung dan Kasih Komen ^^