Today is wonderful!

Orang yang tak pernah membuat kesalahan, maka tak akan pernah mencoba sesuatu yang baru." - Albert Einstein

Today you will be success!

Orang-orang yang ada di sekitarmu dapat dijadikan inspirasi, atau bahkan menguras tenagamu. Jadi, pilihlah secara baik-baik."Hans F. Hanson

Today I want to around the world!

"Kamu tidak akan pernah bisa kehabisan kreativitas. Semakin kamu menggunakannya, semakin banyak yang kamu miliki." - Maya Angelou

Today i will meet you in romantic place!

"Pikiran kita ibarat parasut, hanya berfungsi ketika terbuka." - Walt Disney

Today I will come to BTS concert!

"Jangan ragu untuk membuang apa yang tidak kau perlukan" Florist in RUN BTS ep. 98

Jumat, 30 September 2011

APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN?

Alkisah, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.” Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua”,jawab ibu itu.” Wouw… hebat sekali putra ibu” pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu??Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”” Oh ya tentu ” si Ibu bercerita :”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ” Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??”Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ” anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani ??? “
Apakah kamu mau tahu jawabannya??????…
Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
” Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”
 
Note :
Pelajaran Hari Ini : Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara “Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN”

Sejenak bersama Hati

** Hati adalah bejana Allah di muka bumi. Yang paling Dia sukai adalah hati yg paling lembut, paling kuat dan paling terjaga. Yang paling jauh dari Allah adalah hati yg keras. Jika hati telah keras, pandangan menjadi hampa.

** Hati menjadi keras karena empat hal, ketika melampaui batas dari kebutuhannya, yaitu makan, tidur, berbicara dan bergaul. Sebagaimana tatkala badan sakit maka makanan dan minuma menjadi tidak bermanfaat (tidak terasa nikmat),demikian pula hati ketika telah sakit oleh nafsu dunia, nasihat tak lagi berguna.

** Barang siapa ingin jernih hatinya, hendaklah ia mengutamakan Allah daripada nafsunya. Mereka menyibukkan hati dengan dunia, padahal seandainya mereka menyibukkannya dengan Allah, maka jernihlah hatinya untuk memahami makna firman Allah dan karuniaNya yg kasat mata serta membawa pemiliknya pada hikmah2 yg menakjubkan dan puncak faedah.

** Jika hati diberi santapan doa, dibersihkan dari kerusakan, tampaklah keajaiban dan muncullah hikmah. Kerinduan pada Allah dan keinginan untuk berjumpa dengan-Nya bagaikan angin semilir yg menerpa hati, mendatangkan kesejukan baginya dan menerangi dunia.

** Barang siapa meletakkan hatinya di sisi-Nya, maka akan tenang dan bahagia dan barang siapa yg meletakkannya di antara manusia, maka akan merasakan kegoncangan dan kebimbangan. Indikasi bahwa Allah mencintai seorang hamba adalah Dia memudahkannya untuk mencintaiNya,ikhlas beribadah kepadaNya, menyibukkan keinginannya denganNya, menyibukan lisannya untuk berdoa kepadaNya dan anggota badannya untuk berkhidmat kepadaNya.

** Hati terkadang sakit sebagaimana sakitnya badan, sembuhnya hati adalah dengan taubat dan menjaga diri dari dosa. Hati bisa pula berkarat sebagaimana berkaratnya besi, bersihnya hati adalah dengan berdoa. Hati bisa telanjang sebagaimana tubuh, perhiasannya adalah taat. Hati bisa lapar dan haus sebagimana tubuh, makanan dan minumannya adalah taat kepada perintah Allah, mencintaiNya, menyerahkan diri dan mengabdi kepadaNya.

** Jika hati diberi makanan cinta, hilanglah nafsu dunianya. Barangsiapa mengagungkan Allah dihatinya untuk tidak bermaksiat kepadaNya, maka Allah akan mengagungkan ia di hati manusia hingga mereka tidak menghinakannya.

Kamis, 15 September 2011

SURAT MENGHARUKAN DARI IBU KEPADA ANAKNYA


Wahai anakku…

surat ini datang dari ibumu, yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang, ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri ini.

Setiap kali menulis, setiap itu pula gores tulisan ini terhalangi oleh tangis. Dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula, hati ini terluka.

Wahai anakku…

Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak. Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati ibu, dan telah engkau robek pula perasaannya.

Wahai anakku…

25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku.

Suatu ketika dokter datang menyampaikan tentang kehamilanku, dan semua ibu sangat mengerti arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini, sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi ibu.

Semenjak kabar gembira tersebut, aku membawamu sembilan bulan. Tidur, berdiri, makan, dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi, itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu wahai anakku, pada kondisi lemah di atas lemah. Bersamaan dengan itu, aku begitu gembira tatkala merasakan dan melihat terjalan kakimu, atau balikan badanmu di perutku.

Aku merasa puas, setiap aku menimbang diriku, karena bila semakin hari semakin berat perutku, berarti dengan begitu engkau sehat wal afiat di dalam rahimku.

Anakku…

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah tiba pada malam itu, yang aku tidak bisa tidur sekejap pun, aku merasakan sakit yang tidak tertahankan, dan merasakan takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu berlanjut, sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula, aku melihat kematian di hadapanku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia, dan engkau lahir. Bercampur air mata kebahagiaanku dengan air mata tangismu.

Ketika engkau lahir, menetes air mata bahagiaku. Dengan itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku kepadamu semakin bertambah, dengan bertambah kuatnya sakit.

Aku raih dirimu, sebelum ku raih minuman. Aku peluk cium dirimu, sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkongan.

Wahai anakku…

Telah berlalu setahun dari usiamu. Aku membawamu dengan hatiku, memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Sari pati hidupku, kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur, demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku selalu melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat, adalah setiap permintaanmu agar aku berbuat sesuatu untukmu. Itulah kebahagiaanku.

Lalu berlalulah waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, selama itu pula, aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai… menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti… menjadi pekerjamu yang tidak pernah lelah… dan mendoakan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selau memperhatikan dirimu, hari demi hari, hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu, wahai anakku…

Tatkala itu, aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan, demi mencari pasangan hidupmu, semakin dekat hari perkawinanmu anakku, semakin dekat pula hari kepergianmu.

Tatkala itu, hatiku serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka. Tangis telah bercampur pula dengan tawa.

Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan… karena engkau telah mendapatkan jodoh… karena engkau telah mendapatkan pendamping hidup… Sedangkan sedih karena engkau adalah pelipur hatiku, yang akan berpisah sebentar lagi dari diriku.

Waktu pun berlalu, seakan-akan aku menyeretnya dengan berat, kiranya setelah perkawinan itu, aku tidak lagi mengenal dirimu.

Senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihanku, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam, seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran, aku benar-benar tidak mengenalmu lagi, karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang ku lewati, hanya untuk melihat rupamu. Detik demi detik ku hitung demi mendengar suaramu. Akan tetapi penantianku seakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu, aku menyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering, aku merasa bahwa engkau yang akan menelponku. Setiap suara kendaraan yang lewat, aku merasa bahwa engkaulah yang datang.

Akan tetapi semua itu tidak ada, penantianku sia-sia, dan harapanku hancur berkeping. Yang ada hanya keputus-asaan… Yang tersisa hanya kesedihan dari semua keletihan yang selama ini ku rasakan, sambil menangisi diri dan nasib yang memang ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku…

Ibumu tidaklah meminta banyak, ia tidaklah menagih padamu yang bukan-bukan.

Yang ibu pinta kepadamu:

Jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.

Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan ibu memohon kepadamu nak, janganlah engkau pasang jerat permusuhan dengan ibumu.

Jangan engkau buang wajahmu, ketika ibumu hendak memandang wajahmu.

Yang ibu tagih kepadamu:

Jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana, sekalipun hanya sedetik.

Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi. Atau sekiranya terpaksa engkau datang sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku…

Telah bungkuk pula punggungku… bergemetar tanganku… karena badanku telah dimakan oleh usia, dan telah digerogoti oleh penyakit… Berdirinya seharusnya telah dipapah… duduk pun seharusnya dibopong…

Akan tetapi, yang tidak pernah sirna -wahai anakku- adalah cintaku kepadamu… masih seperti dulu… masih seperti lautan yang tidak pernah kering… masih seperti angin yang tidak pernah berhenti…

Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikan dengan kebaikan, sedangkan ibumu, mana balas budimu, mana balasan baikmu?! bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air serupa?! bukan sebaliknya air susu dibalas dengan air tuba?! Dan bukankah Alloh ta’ala, telah berfirman:

هل جزاء الإحسان إلا الإحسان

Bukankah balasan kebaikan, melainkan kebaikan yang serupa?!

Sampai begitukah keras hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu.

Wahai anakku…

Setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak?! Karena engkau adalah buah dari kedua tanganku… Engkau adalah hasil dari keletihanku… Engkaulah laba dari semua usahaku…

Dosa apakah yang telah ku perbuat, sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!

Pernahkah suatu hari aku salah dalam bergaul denganmu?!

Atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?!

Tidak dapatkah engkau menjadikanku pembantu yang terhina dari sekian banyak pembantu-pembantumu yang mereka semua telah engkau beri upah?!

Tidak dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu?!

Dapatkah engkau sekarang menganugerahkan sedikit kasih sayang demi mengobati derita orang tua yang malang ini?!

إن الله يحب المحسنين

Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berbuat baik.

Wahai anakku…

Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Wahai anakku…

Hatiku terasa teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan, bahwa engkau adalah laki-laki yang supel, dermawan dan berbudi.

Wahai anakku…

Apakah hatimu tidak tersentuh, terhadap seorang wanita tua yang lemah, binasa dimakan oleh rindu berselimutkan kesedihan, dan berpakaian kedukaan?!

Mengapa? Tahukah engkau itu?! Karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… Karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… Karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim.

Wahai anakku…

Ibumu inilah sebenarnya pintu surga, maka titilah jembatan itu menujunya… Lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, kemaafan, dan balas budi yang baik… Semoga aku bertemu denganmu di sana, dengan kasih sayang Alloh ta’ala sebagaimana di dalam hadits:

الوالد أوسط أبواب الجنة فإن شئت فأضع ذلك الباب أو احفظه

Orang tua adalah pintu surga yang paling tinggi. Sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah! (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dishohihkan oleh Albani)

Anakku…

Aku mengenalmu sejak dahulu… semenjak engkau telah beranjak dewasa… aku tahu engkau sangat tamak dengan pahala… engkau selalu cerita tentang keuatamaan berjamaah… engkau selalu bercerita terhadapku tentang keutamaan shof pertama dalam sholat berjamaah… engkau selalu mengatakan tentang keutamaan infak, dan bersedekah…

Akan tetapi satu hadits yang telah engkau lupakan… satu keutamaan besar yang telah engkau lalaikan… yaitu bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Mas’ud, ia mengatakan:

سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم، قلت: يا رسول الله أي العمل أفضل؟ قال: الصلاة على ميقاتها. قلت: ثم أيُّ؟ قال: ثم بر الوالدين. قلت: ثم أيُّ؟ قال: الجهاد في سبيل الله. فسكت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولو استزدته لزادني. (متفق عليه)

Aku bertanya kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-: Wahai Rosululloh, amal apa yang paling mulia? Beliau menjawab: sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian jihad di jalan Alloh. Lalu aku pun diam (tidak bertanya) kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- lagi, dan sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya.

Itulah hadits Abdulloh bin Mas’ud…

Wahai anakku…

Inilah aku, ibumu… pahalamu… tanpa engkau harus memerdekakan budak atau banyak-banyak berinfak dan bersedekah… aku inilah pahalamu…

Pernahkah engkau mendengar, seorang suami yang meninggalkan keluarga dan anak-anaknya, berangkat jauh ke negeri seberang, ke negeri entah berantah untuk mencari tambang emas, guna menghidupi keluarganya?! Dia salami satu persatu, dia ciumi isterinya, dia sayangi anaknya, dia mengatakan: Ayah kalian, wahai anak-anakku, akan berangkat ke negeri yang ayah sendiri tidak tahu, ayah akan mencari emas… Rumah kita yang reot ini, jagalah… Ibu kalian yang tua renta ini, jagalah…

Berangkatlah suami tersebut, suami yang berharap pergi jauh, untuk mendapatkan emas, guna membesarkan anak-anaknya, untuk membangun istana mengganti rumah reotnya.

Akan tetapi apa yang terjadi, setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, yang ia bawa hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia gagal dalam usahanya. Pulanglah ia kembali ke kampungnya. Dan sampailah ia ke tempat dusun yang selama ini ia tinggal.

Apa lagi yang terjadi di tempat itu, setibanya di lokasi rumahnya, matanya terbelalak. Ia melihat, tidak lagi gubuk reot yang ditempati oleh anak-anak dan keluarganya. Akan tetapi dia melihat, sebuah perusahaan besar, tambang emas yang besar. Jadi ia mencari emas jauh di negeri orang, kiranya orang mencari emas dekat di tempat ia tinggal.

Itulah perumpaanmu dengan kebaikan, wahai anakku…

Engkau berletih mencari pahala… engkau telah beramal banyak… tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar… di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu masuk surga…

Ibumu adalah orang yang dapat menghalangimu untuk masuk surga, atau mempercepat amalmu masuk surga… Bukankah ridloku adalah keridloan Alloh?! Dan bukankan murkaku adalah kemurkaan Alloh?!

Anakku…

Aku takut, engkaulah yang dimaksud oleh Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- di dalam haditsnya:

رغم أنفه ثم رغم أنفه ثم رغم أنفه قيل من يا رسول الله قال من أدرك والديه عند الكبر أحدهما أو كليهما ثم لم يدخل الجنة (رواه مسلم)

Celakalah seseorang, celakalah seseorang, dan celakalah seseorang! Ada yang bertanya: Siapakah dia wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Dialah orang yang mendapati orang tuanya saat tua, salah satu darinya atau keduanya, akan tetapi tidak membuat dia masuk surga. (HR. Muslim 2551)

Celakalah seorang anak, jika ia mendapatkan kedua orang tuanya, hidup bersamanya, berteman dengannya, melihat wajahnya, akan tetapi tidak memasukkan dia ke surga.

Anakku…

Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit, aku tidak akan adukan duka ini kepada Alloh, karena jika seandainya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan, yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya…

Aku tidak akan melakukannya wahai anakku… tidak… bagaimana aku akan melakukannya, sedangkan engkau adalah jantung hatiku… bagaimana ibu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit, sedangkan engkau adalah pelipur lara hatiku… bagaimana ibu tega melihatmu merana terkena doa mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku…

Bangunlah nak… bangunlah… bangkitlah nak… bangkitlah… uban-uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa, sehingga engkau akan menjadi tua pula.

الجزاء من جنس العمل

Sebagaimana engkau akan berbuat, seperti itu pula orang akan berbuat kepadamu.

الجزاء من جنس العمل

Ganjaran itu sesuai dengan amal yang engkau telah tanamkan. Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam.

Aku tidak ingin engkau menulis surat ini… aku tidak ingin engkau menulis surat yang sama, dengan air matamu kepada anak-anakmu, sebagaimana aku telah menulisnya kepadamu.

Wahai anakmu…

bertakwalah kepada Alloh… takutlah engkau kepada Alloh… berbaktilah kepada ibumu… peganglah kakinya, sesungguhnya surga berada di kakinya… basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya… kencangkan tulang ringkihnya… dan kokohkan badannya yang telah lapuk…

Anakku…

setelah engkau membaca surat ini, terserah padamu. Apakah engkau sadar dan engkau akan kembali, atau engkau akan merobeknya.

Wa shollallohu ala nabiyyina muhammadin wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Dari Ibumu yang merana.

(Disadur dari kajian Ustadz Armen -rohimahulloh-)


Pesan Hidup Dari Bocah Penjual Koran

Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah.

Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.

“Korannya bu !”seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.

Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.

“Mau koran yang mana bu?, tanya Umar dengan riang.
”Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca”, jawab si ibu.

Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima, ”Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”, Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.

Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu ”Udah miskin sombong!”. Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau. Meninggalkan Umar yang termenung penuh tanda tanya.Umar berlari lagi ke pinggir, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh.Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir-butir air yang masih menempel. Sambil termenung dia menatap nanar rintik-rintik hujan di depannya, ”Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku”, gumamnya lemah.

Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda, Umar masih saja duduk berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar.Tiba-tiba didepannya sebuah mobil berhenti, seorang bapak dengan bersungut-sungut turun dari mobil menuju tempat sampah,”Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”, dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan beranjak kembali masuk ke mobil. Umar dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil. ”Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan”, pinta Umar dengan penuh harap. Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil di depannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.

“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau”
”Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh khan pak?, tanya Umar sekali lagi.”Bbbbbooolehh”, jawab pria tersebut dengan tertegun. Umar berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan, sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.

Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk di dekatinya Umar.

”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang?, dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil di depannya dengan penuh perasaan kasihan.”Karena saya melihat bapak yang membuangnya, saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya, meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya ”, jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.

Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa. ”Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”.Si anak kecil tersenyum dengan manis,
”Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.”

”Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran di mana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang laki-laki dengan nada agak tinggi karena merasa anak di depannya berfikir keliru.

Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh,”Bapak!, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya”, Umar memperbaiki posisi duduknya dan berkata kembali, ”Dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali di kemudian hari.”Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki di depannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali,”Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaannya”.

Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil di depannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.”Ternyata bukan dia yang harus dikasihani, Harusnya aku yang layak dikasihani, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari ini” 

Hadiah terbaik yang bisa kita berikan

Berbicara tentang memaafkan adalah hal yang sangat unik. Mengapa unik? Karena kita selalu salah persepsi tentang hal ini. Bagi kebanyakan orang, memaafkan sepertinya memberikan sesuatu kepada orang lain. Seperti halnya kita memberikan hadiah kepada seseorang, demikian juga rasanya ketika kita memberikan maaf bagi orang yang telah menyakitkan hati kita. Kita selalu merasa bahwa orang lain sangat diuntungkan karena telah kita maafkan kesalahannya.

Pendapat itu memang benar, tapi sayang kurang lengkap. Menurut saya, yang paling diuntungkan dari tindakan kita memaafkan orang lain bukanlah orang yang telah menerima ampun dari kita, melainkan diri kita sendiri! Memaafkan adalah hadiah terbaik yang dapat kita berikan bagi diri kita sendiri. Sebelum kita bisa memaafkan orang yang berbuat salah kepada kita, sejujurnya hati kita begitu tersiksa. Kita tak lagi merasakan damai, sebaliknya hidup kita dikuasai dengan kebencian, dendam bahkan dengan rancangan-rancangan jahat. Lalu ketika kita bisa mengampuni orang lain, semua konflik hati yang sedang berkecambuk itu terlepas dari hidup kita sehingga ada kelegaan dan kedamaian yang luar biasa. Bukankah ini berarti memaafkan merupakan hal terbaik bagi diri kita sendiri?

Kalau boleh saya katakan dengan lebih lugas, sakit hati atau kebencian itu adalah sampah. Adalah hal yang sangat ganjil kalau kita menyimpan sampah. Sampah bukan untuk disimpan. Sampah harus dibuang. Menyimpan sampah berarti mengundang penyakit, demikan juga halnya kalau kita tidak bisa mengampuni orang lain. Bahkan menurut penelitian medis, ada hubungan yang sangat erat antara kebencian dan sakit kanker. Salah satu penyebab munculnya penyakit kanker adalah kebencian yang tak terselesaikan.

Memaafkan tak hanya membuat hubungan kita dengan seseorang menjadi baik kembali, namun yang lebih penting, kita telah memberi hadiah yang terbaik bagi diri kita sendiri. Itu sebabnya, jika Anda masih mengasihi diri Anda sendiri, maafkanlah orang yang selama ini menyakitkan hati Anda. Jangan berkata bahwa ini adalah hal yang tidak mungkin. Jangan berkata bahwa kesalahannya kepada kita terlampau berat.

Datangilah orang yang selama ini menimbulkan sakit hati dan kebencian dalam hati Anda, dan berikanlah maafkan kepadanya.

sumber : http://www.bluefame.com/index.php?showtopic=314378

Toko Penjual Anak

Sebuah toko satu-satunya di dunia yang menjual "Anak" baru saja dibuka di kota Jakarta. Dimana pasangan muda yang baru saja menikah dapat memilih anak-anak yang mereka inginkan di toko ini.. Toko ini terdiri dari 6 lantai dan berada di jantung kota Jakarta.

Di antara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk toko ANAK ini, terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk toko tersebut. "Kamu hanya dapat mengunjungi TOKO INI SATU KALI SAJA seumur hidupmu dan juga hanya dapat mengunjungi tiap LANTAI SATU KALI saja.

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan calon anak yang bisa dipilih. Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai anak tersebut. Tapi ingat dan hati-hati karena di dalamnya ada JEBAKAN.

Kamu dapat memilih anak di lantai tertentu atau mungkin lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan satu syarat bahwa setelah kamu tinggalkan lantai tersebut maka kamu tidak bisa turun ke lantai sebelumnya kecuali untuk turun keluar dari toko melalui tangga darurat yang ada di samping gedung.

Untuk membeli satu atau beberapa anak di sini tidak perlu membayar dengan Uang, cukup kamu bayar dengan Rasa Syukur dan Ucapan Terimakasih. Maka anak yang kamu pilih bisa langsung kamu bawa pulang.

Setelah 3 tahun berselang, datanglah sepasang orang tua yang belum juga memiliki anak pergi ke "TOKO ANAK" tersebut untuk mencari calon anak yang didambakannya.

Setelah memahami semua aturan mainnya, maka segeralah pasangan orang tua ini menaiki lantai Pertama.

Di lantai Pertama terdapat tulisan seperti ini :
Ini Lantai Pertama : Anak-anak di lantai ini semuanya sehat dan sempurna tanpa cacad sedikitpun.
Pasangan Orang tua tersebut tersenyum sambil sedikit melirik, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.

Di lantai Kedua terdapat tulisan seperti ini :
Ini Lantai Dua : Anak-anak di lantai ini semuanya sehat, sempurna dan penurut.
Kembali Pasangan Muda itu melirik kearah anak-anak tersebut, berhenti sejenak dan tersenyum lalu segera naik ke lantai selanjutnya dengan penuh harap.

Di lantai Ketiga terdapat tulisan seperti ini :
Ini Lantai Tiga : Anak-anak di lantai ini semuanya sehat, sempurna penurut dan cerdas.

Wow..inilah yang aku cari pikirnya dalam bathin, tetapi hatinya masih penasaran dan ingin mendapatkan yang lebih baik lagi. Lalu sampailah wanita itu di lantai 4 dan terdapat tulisan

Ini Lantai empat : Anak-anak di lantai ini semuanya sehat, sempurna, penurut, cerdas, rajin membantu orang tua dan cakep-cakep.

Ya ampun ! Mereka berseru, Kami hampir tak percaya ! Tapi hati mereka berkata, mengapa aku tidak cari yang lebih baik lagi dari mereka semua..? Hingga akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan naik ke lantai 5 dan di lantai lima terdapat tulisan seperti ini :

Ini Lantai Lima : Anak-anak di lantai ini semuanya sehat, sempurna, penurut, cerdas, rajin membantu orang tua, cakep-cakep, menyenangkan, prilakunya ramah dan santun tapi semuanya perempuan.

Pasangan ini berhenti sejenak tertegun memandangi anak-anak tersebut, tapi hati mereka tergoda untuk berpikir, "mengapa aku tidak cari yang PALING SEMPURNA dari mereka semua dan mestinya ada anak laki-lakinya dong ?" Bisik sang suami pada istrinya.

Kemudian dengan penuh harap pasangan muda ini melangkah kembali menuju lantai 6 dan disini terdapat tulisan seperti ini :

Ini Lantai Enam : Anda adalah pengunjung yang ke 7.363.713. Tidak ada satupun anak laki-laki atau perempuan di lantai ini.Lantai ini hanya semata-mata bukti bahwa manusia tidak pernah bersyukur dan berterima kasih akan apa yang telah diterimanya.

Kami ucapakan Terima kasih telah berbelanja di toko kami. Hati-hati ketika keluar dari toko ini melalui tangga darurat dan semoga anda tetap bisa bersyukur meskipun anda tidak berhasil mendapatkan seorang anakpun untuk menghiasi kebahagiaan hidup anda berdua.


TTD
PIMPINAN TOKO


---
Ayah Edy,
penulis buku 'Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur', '37 Kebiasaan Orang Tua yang Menghasilkan Perilaku Buruk pada Anak' 


Kamis, 08 September 2011

Wisata Kuliner Pekalongan : Tauto dan Megono


Kamis, 8 September 2011

Asyik nich, liburan lebaran kali ini maen ke tempatnya yayank di pekalongan. Ho2.. pertama kali berkunjung ke tempat camer nich. Setelah naik motor selama 4 jam dari Purwokerto tibalah kami di Pekalongan pukul 14.00. Berhubung Chan anak pegunungan yang sering ngrasain udara dingin rada kaget juga siy dengan panasnya kota ini, ho2.. tapi kalo sama yayank semuanya jadi menyenangkan dech.

Kayaknya kurang seru dech kalo berkunjung ke kota lain tapi gak nyobain makanan khasnya, sore-sore diajakin makan Tauto. Wewww.. apaan tuh Tauto?? Tauto itu soto bebek kuah Tauco, kalo dibandingkan dengan soto sokaraja (banyumas) disini sambel kacangnya diganti tauco dan pake daging bebek, untuk pelengkapnya ada sohun, daun bawang dan lontong. Waktu di pekalongan Chan nyobain Tauto deket rumahnya yayank, namanya Tauto Topari yang ada di Jl. Gejlik, harganya kalo gak salah 6-ribuan.



Trus pagi-pagi dibeliin Megono sama ibunya yayank, Megono itu sayur nangka muda, bentuknya nangka mudanya diiris kecil-kecil ampe lembut yang dikukus pake semacam bumbu urap dari kelapa. Menurut Chan yang enak yang pedes dech.. tapi gak tau ding.. hew2… Untuk preview tauto sama megono ada diatas ya. Eh, iya ada makanan satu lagi yaitu kerupuk usek, kerupuk ini bentuknya kaya krupuk biasanya Cuma bedanya gorengnya pake pasir gak pake minyak. Kerupuk ini murah meriah kok Cuma dua ribu perak udah dapet se-plastik besar.

Ho2… tapi kayaknya kuliner pekalongan belum tak cobain semua nich. Makasih ya yank.. udah diajak main. Love u…

Salam manis Chan & Bams