Ini adalah cerpen buatanku yang dimuat bulan Agustus 2007 di Tabloid Teen
(He2... check aja sana... ad kok tapi udah lama juga ya... kapan cerpenku mo diterbitin lagi)
Met membaca.. jangan lupa komennya ya (^.^)
(He2... check aja sana... ad kok tapi udah lama juga ya... kapan cerpenku mo diterbitin lagi)
Met membaca.. jangan lupa komennya ya (^.^)
“Harapan Terbaik”
Aku Naya, sekarang aku kelas 2 SMU. Sudah 3 bulan ini aku jadian dengan Sena yang seangkatan denganku. Aku tak tahu kenapa aku sangat menyukainya sampai-sampai dulu aku tidak bisa tidur karenanya. Dia memang tak setampan Radi ataupun seatletis Neo tapi setelah hari itu aku akan tahu kenapa aku tak mau dia pergi dari sisiku.
“Naya…!!” seorang cowok bergaya rambut scatter sedang berdiri di pintu kelas sambil memanggilku.
“Sorry, nunggu lama, ya? Sahutku sambil mendekati Sena.
“Iya nih nyampe ubanan” kelakarnya
Kamipun melangkahkan kaki ke arah parkiran motor, Sena mulai menyetarter motor automatic biru kesayangannya. Akupun dengan sigap membonceng di belakangnya.
“Kok, nggak pegangan di pinggang sih, lihat tuh anak-anak lain mesra banget” hardik Sena.
“Iih..genit deh” kucubit lengan Sena.Senapun hanya meringis kecil menahan cubitan kecilku.
Setelah makan siang, aku tidur-tiduran sambil menonton acara TV. Rasanya kakiku pegal sekali karena tadi pelajaran olahraga lari. Tiba-tiba lagu Where’d You go mengalun dari ponselku. Akupun segera mengangkatnya.
“Naya, kamu di rumah khan? Nanti aku ke rumahmu, ya? Suara Sena terdengar di telingaku.
“Iya boleh, ntar aku tunggu ya aku di rumah terus kok” jawabku
Pembicaraan singkat itupun terhenti oleh suara bel pintu. Akupun menutup telepon dari Sena.
Kubuka pintu rumahku, tampaklah seorang cowok yang kukenal sambil tersenyum lebar, yah dia Sena!
“Hei” sambutku sambil menyeringai
“Kok malah kaget gitu aku khan tadi udah telepon mau ke rumahmu”ujarnya.
“Tapi nggak nyangka aja kamu udah didepan rumah, ternyata kamu emang jago bikin kejutan ya” ucapku sambil masih keheranan.
“Nih aku bawain buah jeruk kesukaanmu dimakan ya biar fresh khan tadi abis lari-lari muterin lapangan khan?” Senapun menyerahkan sekantong jeruk mandarin kepadaku.
“Kok kamu tahu aku tadi habis olahraga lari?”
“Aku juga tahu siapa yang larinya di barisan paling akhir” sindir Sena sambil mengembangkan senyum tipisnya.Akupun tersipu karena memang benar aku di barisan paling akhir.
“Udah dulu ya, aku mau main basket sama anak-anak”
Senapun lalu pergi. Kupandangi jeruk-jeruk itu kalau saja tidak akan membusuk pasti khan kusimpan satu. Kadang aku heran kenapa perasaanku begitu melambung ketika ku menerima sesuatu darinya.
Perutku sudah sangat ingin diberi makan, kutunggu detik demi detik agar bel istirahat segera mengalun. Celoteh Pak Hadi, sang guru Bahasa Indonesiaku tak henti-hentinya berkumandang. Namun harapanku akhirnya terkabul juga bel istirahat berbunyi aku dan teman-temanku langsung ngacir ke kantin sekolah. Akupun menyantap semangkuk soto ayam dengan lahapnya.
“Makan pake irama dong, Neng” suara Sena terdengar di telingaku aku pun menoleh ke belakang.
“Habis laper sih, aku khan tadi nggak sempet sarapan” aku pun membela diri.
“Makanya jangan sering kesiangan terus. Nih ada kontes nyanyi mau ikut gak?” ia menyodorkan sebuah selebaran. Kubaca deret demi deret tulisan yang memenuhi selebaran itu.
“Nggak pede ah, suaraku khan pas-pasan lagian pesaingnya pasti dah pada jago semua”
“Tapi hadiahnya gede lho kalo menang bisa masuk dapur rekaman lagi” suara Sena sangat berapi-api.
“Aku pertimbangin dulu ya”aku masih gusar apakah akan ikut ataupun tidak. Sena mendorongku agar ikut kontes menyanyi itu karena dia tahu aku pernah menyabet juara yah walaupun cuma juara harapan di kontes menyanyi waktu aku duduk dibangku SMP.
Sesampainya di rumah aku masih memikirkan kontes itu. Samapai akhirnya aku membuat keputusan aku harus ikut, hadiahnya memang menggiurkan tetapi aku ingin sekali Sena melihatku menyanyi.
“Apa dia senang mendengar nyanyianku?” aku senyum-senyum sendiri ketika membayangkan hal itu.
Pada waktu istirahat aku mencari Sena dikelasnya beruntung aku langsung melihatnya sedang berdiri di depan kelasnya. Kuutarakan bahwa aku ingin mengikuti kontes itu.
“Benarkah?” Seru sena berseri-seri.
“Iya jadi bisa nggak kamu nemenin aku daftar siang ini?” tanyaku pada Sena.
“Maaf, Nay ntar aku ada kepentingan dikit gimana kalau besok?”
“Ini khan hari terakhir pendaftarannya kalo kamu nggak bisa nemenin aku daftar sendiri aja” ujarku agak sedikit kecewa
“Sekali lagi maaf ya..”
“Gimana kalo diganti es krim coklat?” akupun berseloroh
“Beres deh” ujarnya singkat
Bel pulang berbunyi, aku segera merapikan buku-bukuku kuayunkan kakiku menuju gerbang sekolah. Suasana begitu ramai tetapi entah kenapa hatiku merasa sepi sekali. Tiba-tiba kulihat Sena melintas dengan motornya tetapi ia tak sendiri karena ada seorang cewek membonceng dibelakangnya. Cewek itu terlihat yang sangat familiar bagiku, ternyata itu adalah Kesha sang wakil ketua OSIS. Mereka berdua terlihat sangat menikmati kebersamaan mereka sampai-sampai tak melihatku. Aku sangat kecewa cowok yang selama ini meluluhkan hatiku dengan begitu saja pergi bersama cewek lain di hadapanku. Kuremas selebaran kontes menyanyi yang ada ditanganku.
“Kalau pada akhirnya aku tak bisa memenangkan hatimu, aku berjanji akan menenangkan kontes ini” itulah janji yang dengan lantang kuungkapkan.
Sambil menyeka air mata yang tak kusadari menetes dipipiku akupun bergegas menuju radio Famous tempat pendaftaran kontes menyanyi itu.
Hari itu tak biasanya Sena tak menghubungi ponselku akupun tak mencoba sedikitpun untuk menghubunginya. Hatiku masih membenarkan bahwa Sena mempunyai hubungan yang lain dengan Kesha.
Akupun berangkat sekolah dengan muram. Seseorang menepuk pundakku akupun menoleh kearahnya. Hatiku menjerit ternyata Sena
“Pagi Nay, sorry yah kemarin nggak bisa nganterin kamu buat ndaftar”
“Nggak apa-apa kamu khan memang ada acara yang sangat penting?” sindirku sambil mempercepat langkahku. Tampak wajah Sena yang sedang kebingungan akan sikapku.
“Tapi kamu jadi ndaftar khan?” Senapun menyeimbangkan langkahnya.
“Nggak!” jawabku ketus.
Bel masukpun berbunyi tepat ketika aku sampai dimuka kelas.
“Kamu kenapa Nay?” Tanya Sena sambil menghentikan langkahku.
“Nggak apa-apa” akupun memasuki kelas tinggallah Sena yang kebingungan melihat tingkahku.
Sebenarnya aku sedikit berharap dia akan mencariku pada waktu istirahat tetapi dia tak datang, aku benar-benar kecewa sampai pada bel pulang dia tak kunjung menemuiku. Akupun ke parkiran motor untuk menemuinya namun aku benar-benar terkejut dia memang disana tapi dia tak sendiri tapi bersama Kesha. Akupun beringsut pergi sekarang aku paham benar kenapa ia tak mencariku hari ini karena saat ini aku bukanlah yang terpenting baginya.
Besok kontes menyanyi itu dilaksanakan akupun berlatih vokal di kamarku kucoba dengan lagu “Bila Aku Jatuh Cinta” dari Nidji. Kurekam suaraku dan kuperdengarkan memang tak sebagus penyanyi aslinya tapi kurasa tak terlalu memalukan untuk diperdengarkan didepan orang-orang. Aku tak memberitahu seorangpun keluargaku kalau aku ikut kontes itu aku malu jika mereka berbondong-bondong melihatku dan kemudian aku kalah. Dadaku sesak ketika ingat kenapa aku sangat berniat mengikuti kontes itu. Ya, karena Sena seorang cowok yang kini mengecewakanku karena pergi dengan cewek lain.
Sekitar jam 9 pagi aku sudah siap dengan pakaian kebanggaanku atasan baby doll pink dan skinny jeans. Dengan alasan akan janjian dengan teman akupun menumpang kakakku yang akan pergi les bahasa Inggris. Dengan setengah hati aku beranjak ke tempat kontes itu dilaksanakan yaitu sebuah mall yang kebetulah menjadi favoritku untuk jalan bareng bersama teman-temanku. Kulihat panggungnya sudah ditata dengan apik dan pengunjung yang mulai memadati tempat itu. Akupun duduk dikursi yang telah disediakan panitia akupun menyiapkan nomor pendaftaran yang nantinya akan ditukarkan dengan nomor urut peserta. Setelah panitia mengumumkan agar peserta menukar nomor pendaftarannya akupun beranjak dan mengambil undian dari toples kaca. Nomor urut 3, akupun menghela napas kenapa aku harus mendapatkan nomor urut awal. Kupandangi nomor urut itu nomor 3 sama dengan tanggal kelahiran Sena. Ntah kenapa aku mulai merindukannya seandainya saja dia disini melihatku dan mendengar nyanyianku. Tapi sekarang dia bersama Kesha…
“Kamu Naya, khan?”Tanya seorang cewek kepadaku.Akupun terkejut bukan main karena cewek itu Kesha.
“I-iya..” jawabku sambil terbata.
“Ikut kontes nyanyi ini ya? kok nggak ditemenin Sena?” tanyanya sambil mengembangkan senyum tipisnya.
“Iya, soalnya Sena….”aku tak bisa meneruskan kalimatku.
Tiba-tiba seorang cowok menghampiri Kesha. Seorang cowok tinggi semampai dengan kulit putih dan senyum yang menawan.
“Temenmu ya Kesh, kok aku nggak dikenalin?” ujar cowok itu kepada Kesha
“Oh iya Nay, ini cowokku Farez” ucap Kesha mantap.
“Cowok kamu? Tapi kok kemarin kamu sering jalan bareng sama Sena” tanyaku spontan
“Oh itu, maaf ya Sena nggak cerita sama kamu? kemarin aku dan Sena dapet tugas reporting buat lomba mading antar sekolah anak-anak OSIS jadi sibuk banget bahkan kami ngerjainnya nyampe malem” jelas Kesha.
“Jadi kalian nggak pacaran khan?” tanyaku mempertegas
“Nggak lah, aku khan dah punya cowok” terangnya sambil menggandeng tangan Farez.
Merekapun akhirnya beranjak tinggallah aku sendiri yang sedang merasa bersalah kepada Sena karena telah berprasangka buruk.
“Andai Sena disini” gumamku lirih
Tak terasa lantunan lagu dari kontestan pertama telah usai kontestan keduapun naik ke atas panggung. Aku sangat menginginkan Sena disini dan meminta maaf padanya. Tak terasa sebulir air mata jatuh kepipiku, akupun mencoba memperbaiki riasanku aku tak tahu apa aku bisa menyanyi dengan kondisi seperti ini.
“Naya Rafellina!” aku mendengar dengan jelas namaku dipanggil oleh panitia.
Kucoba untuk berdiri dikepalaku masih terngiang nama Sena.
“Menyanyilah untukku” kudengar sebuah bisik ditelingaku akupun menoleh. Ternyata Sena dia benar-benar datang ! Terima kasih ya Tuhan.
“Tapi..”ucapku ragu
“Ayolah” Sena menggandeng tanganku sampai ke bibir panggung.
Akupun beranjak dan kemudian intro lagu andalanku “Bila Aku Jatuh Cinta” perlahan terdengar ditelingaku akupun menyanyi bait demi bait kulihat senyum manis Sena mengiringi setiap nada lagu. Lagu itupun selesai aku menghampiri Sena yang sejak tadi dengan setia mendengarkan nyanyianku.
“Darimana kamu tahu aku ikut kontes ini?”
“Karena aku tahu kau tak pernah melewatkan apa yang sudah menjadi tujuanmu” ujarnya. Akupun tersenyum bahagia karena Sena selama ini telah memahami sifatku.
“Sebelumnya aku minta maaf karena kemarin aku mengira kau dengan Kesha pacaran” ucapku sambil menundukkan kepala. Tak seperti dugaanku Setelah mendengar perkataanku kulihat Sena malah tersenyum lebar.
“Sebenarnya aku sudah tahu semua itu akupun melihatmu di parkiran motor ketika kau memergokiku dengan Kesha tapi aku pengen liat gimana tingkahmu kalau kamu cemburu” jelasnya sambil menyungingkan senyumnya.
“Iih jahat!!!” aku kemudian mencubit lengannya, sebenarnya aku sangat malu karena Sena ternyata tahu semuanya.
“Udah donk marahnya” ucap Sena sambil memohon.
Setelah 2 jam menunggu akhirnya hasil kontes itupun keluar. Aku dinyatakan sebagai juara harapan 2 akupun naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan. Yah, juara harapan lagi emang suaraku jelek ya.
“Eh, jangan pesimis gitu donk kamu ndapetin juara harapan berarti kamu diharapkan semua orang agar kelak kau jadi terbaik” kata-kata Sena sangat mendamaikan hatiku.
“Ah, bisa aja kamu” ujarku sambil tersipu
“Makan yuk kebetulan aku dapet voucher makan dari kontes ini” kataku sambil mengajak Sena. Kamipun melangkahkan kaki dengan bersemangat.
“Tapi kau tetap menjadi harapan terbaik untukku” bisik Sena
Akupun tersenyum bahagia mendengar perkataannya. Semoga kebersamaanku dengannya semakin teruji dengan seiring waktu.
0 comments:
Posting Komentar
Thanks Sudah Berkunjung dan Kasih Komen ^^