Hampir 2 minggu anak-anak harus study at home, biasanya saya mengeluh harus jemput sekolah (karena antarnya berangkat sama bapaknya kerja) dan segala rutinitas anak ketika sekolah (saya nulis ini kek sibuk aja padahal ya saya ibu rumah tangga yang isinya rebahan, nonton tv, main hape, ngomelin anak) tetapi saya jadi merindukan menjemput anak sekolah (karena ini cuma waktu sekali sehari keluar rumah liat dunia) saya itu orangnya mager, ga gaul, ga suka kemana-kemana kekna kalo saya sendirian dan duitnya banyak jadi hikkikomori deh. Sekarang imbas Corona sangat terasa sekali. Dulu cuma liat di TV berita tentang Wuhan ya kaya liat aja sebagai berita numpang lewat dan ternyata pada akhirnya virus ini meng-impact seluruh dunia. Sebagai virus yang ga keliatan dan yang kena pun sekarang merambah ke orang-orang yang tidak pernah ke luar negeri atau ke luar kota tentu jadi parno dong. Himbauan Stay at home #dirumahsaja tentunya sangat digalakkan agar pendemi ini tidak meluas. Semoga wabah ini segera berakhir, tidak menutup kemungkinan budaya mudik lebaran akan ditiadakan jika wabah ini masih menjadi ancaman. Allahu a'lam virus ini berasal dari alam atau buatan manusia (saya mungkin kebanyakan nonton film huhu namun jika ini terjadi sepertinya yang bikin lupa bikin obatnya juga yang jelas ini sangat keterlaluan).
Virus ini bukan menakutkan saja secara kesehatan tetapi ada impact 'spesial' dari virus ini. Dijauhi secara sosial secara tepatnya. Orang-orang mulai ketakutan ketika berada di keramaian dan penderita juga selain diisolasi jauh dari keluarga dan tidak bisa bertemu dengan keluarganya versi kejamnya adalah meninggal sendirian jika dia sudah terkena parah. Namun sebaik-baiknya ikhtiar bagaimanapun takdir merupakan ketetapan Allah yang tak terbantahkan. Sebagai manusia makhluk fana kita tidak bisa hidup selamanya. Menurut saya di umur dan kehidupan yang sekarang saya jalani adalah ketika saya mati, saya takut rasanya sakit ketika nyawa dicabut dari tubuh, saya takut masuk neraka (karena dibanding kebaikan keburukan saya lebih banyak), saya takut tidak ada yang menjaga anak-anak saya (walaupun saya bukan ibu terbaik tetapi disini tidak ada kerabat dekat sementara bapaknya harus tetap kerja, karena saya mental pembokat tentu mikirnya mereka makan apa walau sekarang juga saya masak ga enak-enak amat cenderung kaga bergizi karena ibunya ga hobi masak, ga ada yang bantu mereka ngerjain PR walaupun ibunya banyak ngomelnya dari bantuinnya huhu). Segeralah berlalu Corona.. suami saya juga harus tetap masuk kantor walaupun ada wabah tidak terkecuali semoga beliau selalu dalam lindungan-Nya. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.
Amiin.