Today is wonderful!

Orang yang tak pernah membuat kesalahan, maka tak akan pernah mencoba sesuatu yang baru." - Albert Einstein

Today you will be success!

Orang-orang yang ada di sekitarmu dapat dijadikan inspirasi, atau bahkan menguras tenagamu. Jadi, pilihlah secara baik-baik."Hans F. Hanson

Today I want to around the world!

"Kamu tidak akan pernah bisa kehabisan kreativitas. Semakin kamu menggunakannya, semakin banyak yang kamu miliki." - Maya Angelou

Today i will meet you in romantic place!

"Pikiran kita ibarat parasut, hanya berfungsi ketika terbuka." - Walt Disney

Today I will come to BTS concert!

"Jangan ragu untuk membuang apa yang tidak kau perlukan" Florist in RUN BTS ep. 98

Jumat, 30 Desember 2011

Tentang Pernikahan

“Sedikit Renungan cerita buat kita yang banyak hikmahnya jika kita mau mengkajinya”
Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat itu aku
menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru.
Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada satu pun sanak saudara yang menemaniku ke
tempat mempelai wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang
perkawinanku.Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari,

“Jadi juga kau nikah sama buntelan karung hitam’ itu ….?!?” Duh……, hatiku sempat
kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon istriku disebut ‘buntelan karung hitam’.
“Kamu sudah kena pelet barangkali Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut
dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi
dibanding kamu !!” sambung ibu lagi.

“Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan Allah.
Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu…?” Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan
ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku.
“Oh…. rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah
Yanto. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di
tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!”
DEGG !!!!

“Yanto…. jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba,” teguran Ismail
membuyarkan lamunanku.
Segera kuucapkan istighfar dalam hati.
“Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah …akhi,” sekali lagi Ismail memberi
semangat padaku.
“Aku terima nikahnya, kawinnya Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas
kawin seperangkat alat sholat tunai !” Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad
nikah.

“Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dien.
Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain.”
Di kamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama.Memandangi
istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam,
akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.
“Assalamu’alaikum …. permintaan hafalan Qur’annya mau di cek kapan De’…?”
tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya.

Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar
aku membacakan hafalan Qur’an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.
“Nanti saja dalam qiyamullail,” jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang
berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti
ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk
melakukan itu , ia menyerah.

Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku ‘tidak menarik’.
Sekelebat pikiran itu muncul ….dan segera aku mengusirnya.
Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.
“Bang, sudah saya katakan sejak awal ta’aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Kalau
Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristrikan saya,
mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untuk Abang. Seperti
keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima
sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah
yang dibacakan ibunya Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan
mereka,” …

Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS An-Nisa:19)
Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekatlekat.
Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu.
Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi
dalam sejarah.

“Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih
sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya
dengan segenap hati yang ikhlas.”
Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku.
Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.
“Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh… saya siap
menerima keputusan apapun yang terburuk,” ucapnya lagi.
“Tidak…De’. Sungguh sejak awal niat Abang menikahimu karena Allah. Sudah
teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot
untuk tak datang tadi pagi,” paparku sambil menggenggam erat tangannya.
Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do’a
kubentangkan pada Nya.

“Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta
buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri karena rupa yang cantik karena aku
ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa
cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku
dengan-Mu dalam Jannah-Mu !”
Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah
istriku denan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya.
Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah sejati. Ia senantiasa menegakkan malam-malamnya
dengan munajat panjang pada-Nya.
Ia senantiasa menjaga hafalan KitabNya. Dan senantiasa melaksanakan shoum sunnah
Rasul Nya.
“…dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan
selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya pada Allah …” (QS. al-
Baqarah:165)
=========================================
Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka
muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang maha Pengasih

Sumber : cerpen Islami

Pengabdian Wanita.....

Wanita terkadang agak bodoh, demi laki-laki yang ia cintai, ia rela meninggalkan orangtuanya
untuk menjaga orangtua laki-laki yang dicintainya, sedangkan laki-laki tidak perlu begitu...
Wanita terkadang agak bodoh, demi laki-laki yang ia cintai rela menanggung penderitaan selama
10 bulan hanya demi memberikan generasi penerus marga sang lelaki, selain itu harus
menghadapi perubahan fisik pasca melahirkan anak, sedangkan laki-laki tidak....

Wanita terkadang agak bodoh, demi laki-laki yang ia cintai, ia meninggalkan pria-pria baik yang
mencintainya, hanya untuk bisa selalu bersama dengan laki-laki yang ia cintai sehingga masa
mudanya yang indah terkubur begitu saja ; tapi pria tak perlu takut kehilangan masa mudanya,
karna pria makin tua makin berharga....

Wanita terkadang agak bodoh, demi mencintai seorang pria, ia melepaskan marga yang diberikan
orangtuanya selama 20 th lebih hanya untuk mengikuti marga sang suami dan dipanggil "Nyonya",
tapi pria tidak begitu....

Wanita terkadang agak bodoh, demi pria yang ia cintai, pagi pergi kerja, pulangnya harus
mengerjakan pekerjaan rumah, memasak dan jaga anak, harus menghadapi tekanan dalam dunia
kerja dan rumah tangga ; tapi pria tidak begitu, pria malah beruntung mendapatkan orang yang
bisa menambah penghasilan keluarga sekaligus pembantu yang tak perlu digaji.....

Wanita terkadang agak bodoh, demi pria yang ia cintai, bersedia untuk beradaptasi dengan
keluarga baru dan menghadapi kritikan sanak saudara pihak laki-laki, saat wanita berusaha untuk
mendapatkan perlindungan dari pria, yang terjadi adalah... pria bukannya melindungi wanitanya,
melainkan bersama yang lain menjatuhkan wanitanya, sehingga wanita terpojok dan tak
berdaya.....

Wahai pria! Jika di sisimu ada seorang wanita bodoh, cobalah menjadi pria bodoh bagi wanitamu,
sayangi dan jagalah dia dengan baik. Jangan lupa, ia bukan dilahirkan untuk menjaga keluargamu.
Wanita sangat polos dan berbudi pekerti, asalkan pada saat ia terluka kamu mau mendengarkan
keluhannya, mendukungnya, melindunginya dan menghapus air matanya, maka ia akan selalu
mengingatnya.....

Dan jangan lupa, pada saat Anda (para pria)sudah tua dan sakit, orang yang akan menjagamu
pastinya bukan orangtua Anda yang sudah tua, kemungkinan terbesar yang akan menjagamu dari
muda hingga tua adalah wanita yang selalu berada di sisimu. Kaum wanita, apakah kalian setuju?
Kaum pria, apakah kalian menghargainya..

Tolong Hargailah Para Wanita......!!!!

ketika TUHAN Menciptakan wanita , DIA lembur pada hari ke-6. Malaikat datang dan bertanya ”
Mengapa Begitu lama TUHAN? TUHAN menjawab “Sudah kah engkau liat semua detail yg AKU
buat untuk menciptakan mereka?”
2 tangan ini harus bisa dibersihkan, tetapi bahannya bukan dr plastik.Setidaknya terdiri dari 200
bagian, yang bisa digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan.Mampu menjaga
banyak anak saat bersamaan,punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan
keterpurukan. .dan semua dilakukannya dengan 2 tangan ini....
Malaikat itu Takjub..” Hanya dengan 2 tangan?…impossible!!

Oh…Tidak!! AKU akan menyelesaikan ciptaan hari ini,karena ini adalah ciptaan favoritKU. “Oh
ya…dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja selama 18 jam
sehari.....
Malaikat mendekat dan mengamati bentuk wanita ciptaan TUHAN itu. “Tapi Engkau membuatnya
begitu Lembut TUHAN?”

“Yah…Aku membuatnya begitu lembut,tapi engkau belum bisa bayangkan kekuatan yang AKu
berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa?”
“Dia bisa berpikir?” tanya malaikat......
TUHAN menjawab: ” Tak hanya berpikir,dia mampu bernegoisasi......”

Malaikat itu menyentuh dagunya. . . ” TUHAN ENGKAU buat ciptaan ini kelihatnya lelah dan rapuh!
Seolah terlalu banyak beban baginya.....”
” Itu bukan lelah atau rapuh….itu AIR MATA”.... “Untuk apa?”tanya malaikat
Tuhan melanjukan : ” AIR MATA adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan,
kegalauan, Cinta, kesepian, penderitaan dan kebahagian
” ENGKAU memikirkan segala sesuatunya.Wanita ciptaanMU ini akan sungguh menakjubkan!”
YA Mesti. . . ! Wanita ini akan mempunyai kekuatan mempesona bagi laki-laki.
Dia dapat mengatasi beban bahkan laki-laki Dia Mampu menyimpan kebahagian dan pendapatnya
sendiri.

Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.Mampu menyanyi saat menangis, menagis
saat terharu, terharu saat tertawa, bahkan tertawa saat ketakutan.
Dia berkorban demi orang yang dicintainya.Dia tidak menolak kalo melihat yang lebih baik.Dia
menerjunkan dirinya untuk keluarganya.Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat.

- CINTANYA TANPA SYARAT -
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.Dia girang dan bersorak saat melihat
temannya tertawa.Dia begitu bahagia mendengar kelahiran.Hatinya begitu sedih saat mendengar
berita sakit dan kematian Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup, dia tahu bahwa
sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.....


....” Hanya 1 Kekurangan dari Wanita “....
......DIA LUPA BETAPA BERHARGANYA DIA......

Jumat, 25 November 2011

Rose, Sarjana Tertua..


Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya. Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan senyum yang cerah.

Ia menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu memelukku?"Saya tertawa & dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!".Diapun memberi saya pelukan yang sangat erat."Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok.Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian.""Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya."Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!" katanya.

Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake. Kami segera akrab. Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagai pengalaman dan kebijaksanaannya.

Setelah setahun berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali menghidupkannya suasana.

Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola kami.Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami.Dia diperkenalkan dan naik ke podium.Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai.Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon.Dengan ringan berkata, "Maafkan saya sangat gugup.Saya sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh saya.Saya tidak bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu."

Saat kami tertawa dia membersihkan kerongkongannya dan mulai,"Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua; kita menjadi tua karena kita berhenti bermain.Hanya ada empat rahasia untuk tetap awet muda, tetap bahagia, dan meraih sukses.Kamu harus tertawa dan menemukan humor setiap hari.Kamu harus mempunyai mimpi.Bila kamu kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati.Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun tidak mengetahuinya!"

"Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa.Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah menjadi dua puluh tahun.Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal ditempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan.Setiap orang pasti menjadi tua.Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat.Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan. "Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat.Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan."

Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose".Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu.Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai.

Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan.

Ingatlah, menjadi tua adalah keharusan, menjadi dewasa adalah pilihan. 

Sepotong Kepala Ayam untuk Ayah


Ketika sore sepulang kerja seorang suami melihat istri yang tertidur pulas karena kecapekan bekerja seharian di rumah. Sang suami mencium kening istrinya dan bertanya, 'Mah, udah sholat ashar belum?' Istrinya terbangun dengan hati berbunga-bunga menjawab pertanyaan suami, 'sudah yah..' Istrinya beranjak dari tempat tidur mengambil piring yang tertutup, sore itu istrinya memasak kesukaan sang suami. 'Lihat nih, aku memasak khusus kesukaan ayah.' Piring itu dibukanya, ada sepotong kepala ayam yang terhidang untuk dirinya.

Sang suami memakannya dengan lahap dan menghabiskan. Istrinya bertanya, 'Ayah, kenapa suka makan kepala ayam padahal aku sama anak2 paling tidak suka ama kepala ayam.' Suaminya menjawab, 'Itulah sebabnya karena kalian tidak suka maka ayah suka makan kelapa ayam supaya engkau dan anak-anak mendapatkan bagian yang terenak.' Mendengar jawaban sang suami, Terlihat butir-butir mutiara mulai menuruni pipinya. Jawaban itu menyentak kesadarannya yang paling dalam. Tidak pernah dipikirkan olehnya ternyata sepotong kepala ayam begitu indahnya sebagai wujud kasih sayang yang tulus kecintaan suami terhadap dirinya dan anak-anak. 'Makasih ya ayah atas cinta dan kasih sayangnya.' ucap sang istri. Suaminya menjawab dengan senyuman, pertanda kebahagiaan hadir didalam dirinya.

Teman, Kita seringkali mengabaikan sesuatu yang kecil namun memiliki makna yang begitu besar, didalamnya terdapat kasih sayang, cinta, pengorbanan dan tanggungjawab sekalipun sesuatu yang kecil itu adalah sepotong kepala ayam. Semoga cerita diatas kita bisa mengambil hikmah dengan mencintai setulus hati keluarga kita. 

Terima kasih Pak Hamid, Kami bangga menjadi murid Bapak.....

Pak Hamid duduk termangu. Dipandanginya benda-benda yang berjajar di depannya dengan masygul. Bertahun-tahun dimilikinya dengan penuh kebanggaan. Dirawat dengan baik hingga selalu bersih dan mengkilap. Jika ada orang yang bertanya, Pak Hamid akan bercerita dengan penuh kebanggaan.

Siapa yang tidak bangga memiliki benda-benda itu? Berbagaipenghargaan yang diterimanya selama 35 tahun pengabdiannya sebagai guru di daerah terpencil. Daerah terisolasi yang tidak diminati oleh guru-guru yang lain.

Namun Pak Hamid ikhlas menjalaninya, walau dengan gaji yang tersendat dan minimnya fasilitas sekolah. Cinta Pak Hamid pada anak-anak kecil yang bertelanjang kaki dan rela berjalan jauh untuk mencari ilmu, mampu menutup keinginannya untuk pindah ke daerah lain yang lebih nyaman.

Kini masa itu sudah lewat. Masa pengabdiannya usai sudah pada usianya yang keenam puluh. Meskipun berat hati, Pak Hamid harus meninggalkan desa itu beserta keluarganya. Mereka tinggal di rumah peninggalan mertuanya di pinggir kota. Jauh dari anak didik yang dicintainya, jauh dari jalan tanah, sejuknya udara dan beningnya air yang selama ini menjadi nafas hidupnya.

“Hei, jualan jangan melamun!” teriak pedagang kaos kaki di sebelahnya. Pak Hamid tergagap.

“Tawarkan jualanmu itu pada orang yang lewat. Kalau kamu diam saja, sampek elek ra bakalan payu!”* kata pedagang akik di sebelahnya.

“Jualanmu itu menurutku agak aneh,” ujar pedagang kaos kaki lagi. “Apa ada yang mau beli barang-barang seperti itu ? Mungkin kamu mesti berjualan di tempat barang antik. Bukan di kaki lima seperti ini”.

Pak Hamid tak menjawab. Itu pula yang sedang dipikirkannya. Siapa yang tertarik untuk membeli plakat-plakat itu? Bukanlah benda-benda itu tidak ada gunanya bagi orang lain, sekalipun sangat berarti baginya ?

“Sebenarnya kenapa sampai kau jual tanda penghargaan itu ?” tanya pedagang akik.“Saya butuh uang.”

“Apa istri atau anakmu sedang sakit ?”“Tidak. Anak bungsuku hendak masuk SMU. Saya butuh uang untuk membayar uang pangkalnya.”

“Kenapa tidak ngutang dulu. Siapa tahu ada yang bisa membantumu.”“Sudah. Sudah kucoba kesana-kemari, namun tak kuperoleh juga.”

“Hei, bukankah kau punya gaji...eh... pensiun maksudku.”“Habis buat nyicil montor untuk ngojek si sulung dan buat makan sehari-hari.”

Penjual akik terdiam. Mungkin merasa maklum, sesama orang kecil yang mencoba bertahan hidup di kota dengan berjualan di kaki lima .“Kau yakin jualanmu itu akan laku?”penjual kaos kaki bertanya lagi setelah beberapa saat. Matanya menyiratkan iba.“Insya Allah. Jika Allah menghendaki aku memperoleh rejeki, maka tak ada yang dapat menghalanginya.”

Siang yang panas. Terik matahari tidak mengurangi hilir mudik orang-orang yang berjalan di kaki lima itu. Beberapa orang berhenti, melihat-lihat akik dan satu dua orang membelinya. Penjual akik begitu bersemangat merayu pembeli. Rejeki tampaknya lebih berpihak pada penjual kaos kaki. Lebih dari dua puluh pasang kaos kaki terjual. Sedangkan jualan Pak Hamid, tak satupun yang meliriknya.

Keringat membasahi tubuh Pak Hamid yang mulai renta dimakan usia. Sekali lagi dipandanginya plakat-plakat itu. Kegetiran membuncah dalam dadanya. Berbagai penghargaan itu ternyata tak menghidupinya. Penghargaan itu hanya sebatas penghargaan sesaat yang kini hanya tinggal sebuah benda tak berharga.

Sebuah ironi yang sangat pedih. Tak terbayangkan sebelumnya. Predikatnya sebagaiguru teladan bertahun yang lalu, tak sanggup menghantarkan anaknya memasuki sekolah SMU. Sekolah untuk menghantarkan anaknya menggapai cita-cita, yang dulu selalu dipompakan ke anak-anak didiknya. Saat kegetiran dan keputusasaan masih meliputinya, Pak Hamid dikejutkan oleh sebuah suara.

“Bapak hendak menjual plakat-plakat ini?” seorang lelaki muda perlente berjongkoksambil mengamati jualan Pak Hamid. Melihat baju yang dikenakannnya dan mobil mewah yang ditumpanginya, ia sepertinya lelaki berduit. Pak Hamid tiba-tiba berharap.

“Ya...ya..saya memang menjual plakat-plakat ini,” jawab Pak Hamid gugup.“Berapa bapak jual setiap satuannya?”

Pak Hamid berfikir,”Berapa ya? Bodoh benar aku ini. Dari tadi belum terpikirkan olehku harganya.”

“Berapa, Pak?”“Eee...tiga ratus ribu.”“Jadi semuanya satu juta lima ratus. Boleh saya beli semuanya ?”

Hah! Dibeli semua, tanpa ditawar lagi! Kenapa tidak kutawarkan dengan harga yang lebih tinggi? Pikir Pak Hamid sedikit menyesal. Tapi ia segera menepis sesalnya. Sudahlah, sudah untung bisa laku.

“Apa bapak punya yang lain. Tanda penghargaan yang lain misalnya ...”Tanda penghargaan yang lain? Pak Hamid buru-buru mengeluarkan beberapa piagam dari tasnya yang lusuh. Piagam sebagai peserta penataran P4 terbaik, piagam gurumatematika terbaik se kabupaten, bahkan piagam sebagai peserta Jambore dan lain-lain piagam yang sebenarnya tidak begitu berarti. Semuanya ada sepuluh buah.

“Bapak kasih harga berapa satu buahnya ?”“Dua ratus ribu.” Hanya itu yang terlintas di kepalanya.

“Baik. Jadi semuanya seharga tiga juta lima ratus ribu. Bapak tunggu sebentar, saya akan ambil uang di sana itu.” kata lelaki perlente itu sambil menunjuk sebuahbank yang berdiri megah tak jauh dari situ.“Ya...ya..saya tunggu.” kata Pak Hamid masih tak percaya.

Menit-menit yang berlalu sungguh menggelisahkan. Benarkah lelaki muda itu hendak membeli plakat-plakat dan berbagai tanda penghargaannya? Atau dia hanya penipu yang menggoda saja? Pak Hamid pasrah.

Tapi nyatanya, lelaki itu kembali juga akhirnya dengan sebuah amplop coklat di tangannya. Pak Hamid menghitung uang dalam amplop, lalu buru-buru membungkusplakat-plakat dan berbagai tanda penghargaan miliknya dengan kantong, seakan-akan takut lelaki muda itu berubah pikiran.

Dipandangnya lelaki muda itu pergi dengan gembira bercampur sedih. Ada yang hilang dari dirinya. Kebanggaan atau mungkin juga harga dirinya. Pak Hamid kini melipat alas dagangannya dan segera beranjak meninggalkan tempat itu, meninggalkan pedagang akik dan kaos kaki yang terbengong-bengong. Entah apa yang mereka pikirkan. Namun, ia tak sempat berfikir soal mereka, pikirannya sendiri pun masih kurang dapat mempercayai apa yang baru saja terjadi.

“Lebih baik pulang jalan kaki saja. Mungkin sepanjang jalan aku bisa menata perasaanku. Sebaik mungkin. Aku tidak ingin istriku melihatku merasa kehilanganplakat-plakat itu. Aku tidak ingin ia melihatku menyesal telah menjualnya. Karena aku ingin anakku sekolah, aku ingin dia sekolah!” Pak Hamid bertutur panjang dalam hati.

Ia melangkah gontai menuju rumah. Separuh hatinya begitu gembira, akhirnya si bungsu dapat sekolah. Tiga setengah juta cukup untuk membiayai uang pangkal dan beberapa bulan SPP. Namun, separuh bagian hatinya yang lain menangis, kehilanganplakat-plakat itu, yang sekian tahun lamanya selalu menjadi kebanggaannya.

Jarak tiga kilometer dan waktu yang terbuang tak dipedulikannya. Sesampainya di rumah, istrinya menyambutnya dengan wajah khawatir.

“Ada apa, Pak? Apa yang terjadi denganmu? Tadi ada lelaki muda yang mencarimu. Dia memberikan bungkusan ini dan sebuah surat. Aku khawatir sampeyan ada masalah.”

Pak Hamid tertegun. Dilihatnya kantong plastik hitam di tangan istrinya. Sepertinya ia mengenali kantong itu. Dibukanya kantong itu dengan terburu-buru. Dan...plakat-plakat itu, tanda penghargaan itu ada di dalamnya! Semuanya! Tak ada yang berkurang satu bijipun! Apa artinya ini? Apakah lelaki itu berubah pikiran? Mungkin ia bermaksud mengembalikan semuanya. Atau mungkin harga yang diberikannya terlalu mahal.

Batin Pak Hamid bergejolak riuh. Segera dibukanya surat yang diangsurkan istrinya ke tangannya. Sehelai kartu nama terselip di dalam surat pendek itu.

Pak Hamid yang saya cintai,Saya kembalikan plakat-plakat ini. Plakat-plakat ini bukan hanya berarti untuk Bapak, tapi juga buat kami semua, murid-murid Bapak. Kami bangga menjadi murid Bapak. Terima kasih atas semua jasa Bapak.

Gunarto, lulusan tahun 75.

Tak ada kata-kata. Hanya derasnya air mata yang membasahi pipi Pak Hamid.

sumber : mylink 

Caraku Mencintaimu

Seorang perempuan baru saja melihat rekan perempuannya mendapat kiriman buket bunga yang besar dan cantik dari seorang kurir. Usut punya usut, ternyata bunga tersebut dari suaminya. Suaminya membuat kejutan dengan mengirimkan bunga untuk merayakan ulang tahun pernikahannya di tahun ke dua.

Yang mendapat bunga sumringah bahagia, dan seluruh rekan perempuan di kantornya itu menjadi iri di buatnya.
Agak siang, si perempuan mendapati rekan meja sebelahnya senyum-senyum simpul sendiri. Tak urung dia tanyakan hal tersebut kepada si pemilik senyum. Rupa-rupanya, rekan perempuannya tersebut baru saja mendapati sebuahmessage romantis dan manis di dinding facebooknya.
Lagi, si perempuan merasa iri.


Sesampainya di rumah. Si perempuan tersebut menyampaikan kisah-kisah yang didapat di kantor seharian kepada suaminya. Sang suami pun mendengarkan dengan seksama.
Sampai kemudian, sang perempuan mengeluarkan kalimat andalannya berikut ini.
"Kamu, selama hampir enam tahun pernikahan kita, bisa dihitung dengan jari kapan kamu memberikan aku bunga..."
Sang suami terdiam.
"Jangankan makan malam romantis, kirim pesan romantis di wall facebook aja kamu gak pernah. Aku ngerti siy itu bukan tipe kamu, dan kamu memang gak nyaman melakukan semua itu. Tapi sesekali, apa salahnya siy, bikin senang aku, bikin aku sadar kalau kamu betul-betul sayang aku gituh..."
Sang suami tetap terdiam.
"Jangan salah, aku tahu kok kamu sayang banget sama aku. Cuma, yah...bikin kek hatiku senang sekali-sekali..."
Kali ini si suami hanya tersenyum sedikit, mengusap rambut sang istri, kemudian mengecup keningnya, lantas berkata...
"Aku pamit pergi keluar dulu, ya? Mau merokok..."
Sang istri mendengus, dan memutuskan pergi tidur lebih dahulu.
***

Pagi hari, ketika si perempuan itu sudah kembali sampai di kantor dan hendak melakukan ritual wajib pagi hari di toilet kantor, yaitu, berdandan.
Dia menemukan selembar kertas yang dilipat begitu saja, dijejalkan dalam kotak make-upnya.

Quote
[indent]
Istriku sayang,
Aku memang tidak romantis.
Aku memang tidak membelikanmu bunga, atau mengajakmu makan malam di restaurant pinggir pantai.
Atau mungkin tidak bisa memberikanmu puisi indah. Maafkan, kamu benar, itu memang bukan gayaku, dan sesungguhnya aku tidak bisa melakukannya.
Aku mencintaimu dengan caraku sendiri. Entahlah kalau kamu sadar atau tidak.
Aku mencintaimu dengan mengantarkanmu ke kantor dan menjemputmu kembali. Karena aku tahu betul, betapa kamu membenci naik bus yang katamu busuk dan sumpek itu.
Aku bahkan rela baru membuat janji temu dengan orang atau melakukan pekerjaan lain setelah mengantarkanmu. Tahu kenapa aku sering meeting malam hari? Karena aku ingin menjemputmu dulu dari kantor, dan memastikanmu kembali ke rumah dengan selamat.
Aku mencintaimu dengan cara mengerti bahwa kamu tidak suka memasak. Aku tahu kamu bisa, walau kamu tidak menikmatinya. Katamu seluruh badanmu jadi bau dapur. Kamu tak suka mengiris cabe, memotong bawang, dan terkena percikan minyak panas. Tidak apa, aku mengerti, sayang...
Aku mencintaimu dengan cara mengajak anak kita bermain di hari Minggu. Semata supaya kamu bisa punya waktu di salon. Dipijat, dilulur, pokoknya segalanya yang katamu "me time" itu.
Aku mencintaimu dengan cara membetulkan selimut mu malam hari. Saat AC menjadi dingin, tapi kamu pasti misuh-misuh kalau aku matikan ACnya.
Aku tahu, hal tersebut memang tidak ada romantis-romantisnya. Untuk itu, aku minta maaf.
Tapi, begitulah caraku mencintaimu.
Aku harap, kau mengerti.


Dan, si perempuan yang tadinya hendak berdandan itu, membanjiri wajahnya dengan air mata. Sekarang, dia merasa menjadi istri paling tidak tahu diri, di dunia... 



sumber : http://www.bluefame.com/topic/465799-caraku-mencintaimu/

Rabu, 02 November 2011

Mie.. Lagi.. Mie.. Lagi.. Ini Dia Mie.. Telkom..

Purwokerto,  21 Oktober 2011 Pukul 12:27


Sejak kapan Telkom buka cabang mie ayam… hew2.. bukan siy.. Mie ayam ini letaknya ada di dekat kantor Telkom cabang Purwokerto yang di Jl. Merdeka, tepatnya di depan SMK Mardikenya disitu ada banner Mie Ayam Telkom jadi tempatnya gampang dicari. Kemarin diajak Siti makan-makan pas ulang tahunnya. Hew2.. yang namanya makan-makan ya semangat dunk.. ampe2.. chan nyampe disana duluan.. buset dah yang nraktir aja belum nyampe kok yang ditraktir dah dating duluan, ntar kalo gak jadi ditraktir gimana hew2…

Disana kita makan rame-rame, asyik juga nich.. walau di hati kangen ma yayank karena gak bisa maem bareng hikz2… kapan-kapan kita cobain ya yank sama2… Tiga temen kita satu angkatan gak bisa hadir wah pada kemana ya mereka itu…

Mie-nya banyak.. Ayamnya banyak.. Walaupun mungkin tampangnya biasa aja tapi yang beli terus berdatangan pokoknya laris dech, jadi cobain ja law mampir ke Purwokerto. Dengan harga sekita 6-ribuan kayaknya gak rugi di kantong apalagi untuk kaum pelajar. Poin 8 aja ya… Overall enak.

Salam Manis Chan & Bams